Jumat, 08 April 2011

Sebuah Penyesalan, Perlukah ?

Banyak kesalahan yang kita lakukan di dunia ini. Sebenarnya bukan salah mereka, dia, atau siapapun. Hal yang Anda dapatkan adalah efek dari apa yang Anda lakukan dan putuskan sedangkan lingkungan sebenarnya tidak perlu dipersalahkan atas apapun kejadian tidak mengenakkan yang Anda alami.

Setiap orang memiliki respon berbeda terhadap hal yang tidak sesuai dengan harapannya, beberapa akan menangis, marah, dan tidak sedikit pula yang cuek. Sedikit atau banyak, pasti terselip penyesalan di benak Anda. Tidak jarang pula beberapa orang akan mulai berandai - andai untuk memperbaiki masa lalunya.

Pembahasan kita kali ini adalah mengenai perlu tidaknya sebuah penyesalan itu ada. Anda mungkin akan bimbang menjawabnya, di satu sisi penyesalan bisa bermanfaat ketika ia akan menjadi bahan evaluasi dan pembelajaran namun di sisi lain, ada orang - orang yang kemudian malah menjadi terpuruk karena penyesalannya yang berkepanjangan dan terlalu berlarut.

Ya, semua itu bergantung pada siapa subjeknya. Seperti yang telah saya katakan di awal bahwa repon seseorang terhadap sesuatu selalu berbeda. Tidak sedikit mereka yang tampak cuek di uar namun dalam hatinya menjerit dan meraung. Siapa tahu ? Justru repon seperti inilah yang (menurut saya) lebih membahayakan karena rentan terhadap depresi mengingat ia tidak pernah mengungkapkan perasaannya, bahkan terkesan menyembunyikan dan menutup - nutupi.

Jadi sebenarnya bagaimanakah penyesalan yang baik itu ?



1. Ketika penyesalan mampu menjadi bahan evaluasi
Hal terpenting dari sebuah kegagalan, pengalaman, dan cerita adalah sebuah evaluasi di mana evaluasi tersebut terdiri atas introspeksi diri dan sikap serta pandangan mengenai strategi yang kemudian akan diperbaiki dan direncanakan untuk ke depannya agar pencapaian tujuan dapat semakin maksimal.

2. Penyesalan mampu menjadi motivasi
Suatu hal yang menyesakkan, menyedihkan, dan memilukan agaknya akan memberikan efek kenangan yang lebih lama dibanding ketika kita sedang dalam kesuksesan. Hal tersebut sebenarnya justru dapat menjadi motivasi agar kita tidak mengulangi hal yang sama seperti di masa lalu. Jadikan kegagalan Anda sebagai motivasi untuk lebih baik, jangan jadikan ia sebagai penghenti langkah jika Anda tidak mau dicap sebagai pecundang hingga Anda 'tutup buku' nantinya. Berikan hal - hal yang lebih baik, tunjukkan progresivitas hidup Anda sebagai pembuktian bahwa kehidupan Anda di dunia tidak sia - sia dan tanpa pembelajaran sedikit pun.
Tidak usah terlalu muluk, buatlah target keberhasilan dan perbaikan diri sesuai dengan kapasitas Anda dan naikkanlah sedikit demi sedikit sesuai kemampuan. Tidak masalah karena di dunia ini tidak ada hal yang tidak butuh proses, bukan ? Jangan malu untuk merangkak, toh pada akhirnya nanti Anda akan membuktikan pada dunia jika Anda bisa juga menjadi atlit lari yang sangat hebat.
Bukan tidak mungkin jika dalam rangkakan itu Anda akan dicemooh dan dihina semua orang tanpa terkecuali, namun jangan kemudian terpuruk dan drop begitu saja, tunjukkan pada mereka bahwa mereka KELIRU. Jadikan sindiran dan ledekan mereka sebagai cambuk motivasi agar Anda lebih terpacu.
Tidak ada pemenang yang tidak pernah gagal dalam proses latihan, semua hal, sekecil apapun membutuhkan sebuah proses, bahkan ketika dulu saat balita seorang penulis ternama pun akan belajar "memegang" pensil, sama seperti kita. Yang membedakan seorang pecundang dengan pemenang adalah ketika ia berhasil belajarr "lebih banyak" baik dari kesuksesan maupun kegagalan diri sendiri dan orang lain. Justru dengan demikian orang - orang yang hanya bisa menghina dan memandang kegagalan dari sisi negatifnya saja adalah pecundang. 

3. Penyesalan sebagai benteng
Kegagalan bukanlah jurang kehancuran. Tidak ada kehidupan tanpa sebuah kegagalan dan ketidaksesuaian. Tuhan yang begitu baik memberi kita kesempatan untuk 'belajar' lebih di balik hal yang kita tidak sukai. Kegagalan bukanlah suatu 'aib'. Justru jadikan kegagalan Anda sebagai benteng agar Anda tidak mengulangi kesalahan yang sama. Setelah suatu kegagalan terjadi, petik hikmah serta pembelajarannya dan jadikan itu sebagai pelindung untuk Anda agar dapat menjadi lebih baik. Mengulangi kesalahan yang sama juga bukan merupakan sebuah kebodohan keledai menurut saya, setiap kesalahan sedikit  atau banyak memiliki esensi pembelajaran yang berbeda karena saya yakin, kondisi mental-psikis-dan intelektual Anda serta keadaan lingkungan saat Anda melakukan suatu kesalahan tidaklah mungkin dalam posisi yang benar - benar sama seperti sebelumnya. Jangan pernah menyerah dan merasa sebagai keledai, jadikan kesalahan Anda terdahulu sebagai benteng pertahanan di mana setiap kesalahan yang Anda lakukan akan menjadi bata pertahanan pertama yang Anda letakkan. Yang terpenting adalah ketika Anda bersedia untuk SELALU belajar dari penyesalan atas kegagalan yanga Anda dapatkan.

Tidak ada yang salah dengan penyesalan selama kita menempatkannya dalam porsi  dan posisi yang sesuai. Bukan suatu hal yang mudah memang ketika kita 'belajar dari kesalahan'. Justru mungkin mempelajarin 'hal baru' akan lebih mudah namun yakinlah dengan proses yang kita telah komitmenkan untuk jalani dan terus perbaiki, belajar dari kesalahan akan menjadi evaluasi, motivasi, dan benteng yang luar biasa untuk kesuksesan kita nanti :)







1 komentar:

  1. mntep euy subhanallah

    mampir lah http://rainbowmaniswriting.blogspot.com

    BalasHapus