Rabu, 08 Februari 2012

Cukupkan Ini Caraku

Aku mengagumimu dengan sederhana,
Menyimpan detail tentangmu sebagai hal terpenting dalam memoriku;
Caramu menikmati kopi,
Memakai sepatu tanpa tali,
dan berpura-pura terganggu saat aku mengganggu


Aku mengkhayalkanmu dengan sederhana,
Menyatukan nama kita dalam tiap penggal harapan,
Walau kata mereka tak mungkin,
Tapi kutahu Dia mampu lakukan segalanya


Aku menjagamu dengan sederhana,
Menyebutmu dalam tiap bulir - bulir doaku,
Bahkan ketika bulan sudah lama terlelap dan matahari belum terbangun
Aku masih berkutat dalam panjat
Menitipkanmu pada Yang Maha Menjaga 


Aku membahagiakanmu dengan sederhana,
Seperti huruf yang hanya bisa tertawa saat ada yang menggantikan beberapa alfabetnya dengan angka
Lucu katanya, sakit nyatanya


Aku merindukanmu dengan sederhana,
Yang tanpa siapapun sadari,
Mata ini sudah terlalu lelah membendung air mata,
Jika setiap siluet dan nada - nada itu selalu berselimut kenangan kita

Aku menyayangimu dengan sederhana,
Tidak bisa untuk tidak teringat senyummu saat mereka bicara tentang cinta dan masa depan,
Berusaha ingkari,
Berbohong pada hati yang bahkan sudah terpahat dengan namamu


. . . .


Biarkan,
Biarkan aku untuk tetap mencintaimu dengan sederhana,,
Lewat tatap yang tak sempat kau tangkap
Dan dalam kata yang tak pernah kau baca


. . . .




Rabu, 17 Agustus 2011

4L4Y Adalah Suatu "Fenomena" Bahasa dan Sastra

Mungkin sudah banyak tulisan yang membahas mengenai fenomena alay. Menjelek - jelekkannya dan menganggap kelompok alay adalah kumpulan orang dengan kasta yang sangat rendah. Ya, kadang memang saya sendiri merasa agak terganggu dengan cara menulis mereka yang membuat pusing dan terkesan ruwet. Misalnya mengganti abjad dengan angka atau menambah - nambahkan alphabet  dalam mengeja sebuah kata. 
Well, sebelum membahas lebih lanjut tentang alay, saya akan menjelaskan dulu mengapa golongan tersebut dinamakan "alay". Menurut berbagai sumber yang saya dapat dari internet sebenarnya kata "ALAY" berasal dari kata "Anak LAYangan". Disebut demikian karena golongan ini dianggap kampungan. Mengapa kampungan ? Karena sudah tidak zaman lagi jika di era ini masih bermain layang - layang. Pendefinisan yang menurut saya tidak mendasar. Mengapa bukan AKON atau Anak daKON sekalian, bukankah sudah jadul juga ? Ehm.. Sejujurnya saya tidak setuju dengan pemaknaan semacam ini, bermain layangan tidak ada salahnya kok. Layangan memang lebih lama ada dibanding Play Station tapi bukan berarti layangan itu kampungan dan Play Station itu gaul atau keren. Harusnya kita bangga dengan permainan - permainan konvensional bukannya menggunakannya untuk olok - olokkan. Bahkan dari konsep permainan layang - layang lah kita bisa memiliki permainan seperti paracelling atau flying fish.







Dulunya alay dianggap normal. Jika tidak percaya, cobalah buka Friendster teman - teman, bahkan mungkin kalian termasuk dalam salah satu golongan alay itu. Di sini saya tidak akan membahas benar tidaknya atau pantas tidaknya kelompok alay untuk tetap eksis, namun menilai golongan alay dengan sudut pandang "lain".
Jika sekarang kita berpikir bahwa mereka tidak pantas ada, kita berhak mengolok - olok mereka, sejujurnya saya tidak sependapat. Menjadi alay adalah sebuah pilihan, sobat. Mungkin mereka berpikir bahwa alay merupakan hal yang bisa membuat mereka menjadi ABG yang unyu maksimal, gaul, lucu, atau imut - imut. Pendefinisian yang mungkin akan sangat berbeda dengan pemikiran kita, namun itu hak mereka. Biarlah mereka menjadi golongan mereka dan kita tetap dalam golongan kita. 

"Kita tidak bisa memaksa mereka untuk sepemikiran dengan kita. Sama halnya ketika seseorang yang lebih suka dengan gaya harajuku dan satu lagi orang dengan gaya casual. "

Oleh karena itu saya tidak akan pernah mengatakan bahwa orang yang menulis dengan normal adalah golongan manusia normal dan kelompok alay adalah golongan abnormal.
Alay adalah sebuah keputusan. Well, mereka tidak buta dan tuli. Mereka tahu jika gaya menulis seperti itu cukup mengesalkan bagi beberapa orang. Tanpa bermaksud men-judge, namun bisa jadi ternyata mereka adalah orang - orang yang sedang labil dan mencari perhatian. Bukan hal yang perlu dicemooh sebenarnya karena sadar atau tidak kita semua pernah berada dalam fase tersebut. Bisa juga mereka justru menganggap cara penulisan tersebut adalah hal yang kreatif. Sekali lagi, itu hak mereka. Siapa tahu justru suatu hari nanti mereka bisa memelopori pembuatan suatu sandi yang kita tidak pernah pikirkan.
Selain itu alay bukanlah suatu kesalahan atau dosa. Jadi mengapa kita begitu memandang mereka dengan snangat rendah ? Bahkan menulis seperti itu pun bukan suatu pelanggaran. Sebenarnya mereka hanya tampil sedikit berbeda dan agak mencolok. Menjadi minoritas bukan berarti dengan serta merta kalian bisa menganggap dia aneh. 

"Andaikan saya seorang ahli Bahasa dan Sastra, tentu saya menulis ini dalam catatan sejarah. Kalau perlu, saya akan meng-expose nya hingga kancah dunia."

Bukan untuk menjelek - jelekkan mereka. Tapi karena saya merasa ini unik. Ya, unik. Bagaimana tidak, di luar negeri kalian tidak akan menemukan ada golongan yang menganut penulisan seperti itu. Mereka hanya memiliki bahasa slank atau jika di Indonesia berarti bahasa gaul. Sekali lagi menurut saya, sebenarnya ini  bukan hal yag buruk hingga perlu dianggap menjijikkan. Bisa jadi di luar negeri justru ini dianggap keren. Menurut Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Alay) , pendefinisan Harajuku di Jepang tak ubahnya kaum 4L4y di Indonesia. Dan sekarang mari kita lihat, Harajuku dianggap style yang keren dan sangat oriental di negara ini bahkan di negara barat. Juga pendefinisian 4L4y yang berarti menyukai lagu - lagu dari band yang juga dianggap sama alaynya, tahukah kalian justru gaya musik seperti itu sangat digemari di luar negeri dan dianggap sebagai musik khas Indonesia. 
Mengenai pengambilan foto saya sebenarnya juga merasa sangat heran, kenapa berpose dengan kamera di atas dan telunjuk di depan bibir merupakan hal yang dianggap "alay" ? Pendefinisian yang semakin tidak berdasar.
Yah walaupun sejujurnya saya pernah juga mem-black list friend request dari orang - orang dengan nick yang alay atau ekstrimnya saya pernah mengeblock akun seseorang hanya karena dia tidak berhenti meng-update status dengan bahasa dan topik yang membuat saya agak muak. Tapi saya tidak mencemooh atau menghina mereka. Saya rasa itu bukan urusan saya. Sederhananya, saya menganggap itu style mereka dan jika saya tidak suka pun, itu bukan hal yang prinsipil untuk diperpanjang dan dibahas. Cukup delete atau unfollow saja jika memang tidak suka. Selesai kan masalahnya ? :)

Kamis, 02 Juni 2011

Life Must Go On !

Kalau kata Chitato,"Life is never flat" mungkin memang ada benarnya. Hidup nggak akan selamanya lancar dan mulus sesuai dengan harapan. Namun juga bukan berarti kita akan membiarkannya hancur dan semakin bobrok, kan? Sebuah masalah dapat ditanggapi dengan banyak respon maupun ekspresi. Beberapa mungkin ada yang marah, tidak sedikit pula yang kemudian menyalahkan orang lain atas kegagalannya, berusaha tetap tegar, atau mungkin menangis sejadi - jadinya dan mengurung diri di kamar. Ekstrimnya lagi, mungkin ada yang sampai memilih jalan bunuh diri.

Hhhm.. Saya tidak akan membahas mengenai benar tidaknya respon seseorang dalam menghadapi masalah, saya juga tidak akan berbicara panjang lebar mengenai "manajemen stress" karena saya yakin, setiap orang memiliki cara pandang sendiri untuk menyelesaikan masalahnya. Saya juga yakin, Anda bisa membedakan jalan mana yang bisa menjadi solusi baik dan jalan mana yang hanya akan memperburuk keadaan ataupun hanya suatu cara untuk menghindar dari masalah, oleh karena itu saya tidak akan membahasnya di sini. 
Yang akan saya garis bawahi adalah mengenai kemampuan untuk bisa survive.

"Seberat apapun masalah Anda dan serumit apapun beban yang Anda pikul, jangan pernah sekali - kali berpikir untuk mundur dan berputus asa karena bisa jadi tinggal selangkah lagi Anda akan berhasil ! Siapa tahu ?"


Yang jelas Tuhan tidak akan memberikan permasalahan yang tidak bisa Anda selesaikan, Ia juga akan selalu memberi jalan keluar selama kita masih mau berusaha dan berdoa. Setiap klimaks pasti akan selalu ada antiklimaksnya, masalahnya adalah "Apakah solusi Anda cukup baik untuk bisa memberikan antiklimaks yang melegakan dan sesuai harapan?" The choice is yours. Anda sudah cukup dewasa untuk bisa memilih yang mana yang terbaik untuk Anda. 

Yang jelas, akan sangat disayangkan ketika Anda menyikapi masalah dengan begitu frustasi bahkan memilih jalan pintas menuju alam lain sebagai alternatif penyelesaian. Setiap Anda mendapatkan suatu masalah, jangan pernah berpikir Anda adalah orang paling payah dan mengenaskan di dunia ini. Lihatlah di sekeliling Anda, banyak orang yang lebih kacau diabanding Anda dan mereka tidak punya siapapun di sekelilingnya. Yakinlah, Anda tidak sendirian. Banyak orang - orang di sekeliling Anda yang peduli pada Anda.

"Jangan pernah merasa sendiri, bisa jadi orang yang sangat peduli pada Anda selama ini hanya berani melihat Anda dari kejauhan. Oleh karena itu, mulailah untuk membuka diri pada sekitar." 

Namun bukan berarti pula saya menyarankan kepada Anda untuk membeberkan semua masalah Anda pada siapapun apalagi jika masalahnya begitu sensitif, pilah pilih dengan sangat cermat, kepada siapa hendaknya Anda bercerita. Ingat, tidak semua orang yang dekat dengan Anda adalah orang yang tepat untuk dijadikan tempat curhat. Carilah orang yang bijak dan netral jika Anda memang benar - benar berniat menyelesaikan masalah.

"Mungkin tidak ada salahnya jika dalam konteks ini Anda berkaca pada laporan kriminal di berita TV atau mungkin sinetron dramatis berseri agar Anda dapat sedikit bisa bersyukur karena keadaan Anda belum separah itu."

Ya, berusahalah untuk tetap bersyukur karena masalah Anda tidak seberat mereka dan Anda masih memiliki orang - orang yang menyayangi dan peduli dengan Anda. Setidaknya Anda bukanlah seorang yang setiap detiknya mendapatkan masalah baru dan hidup sebatang kara di tengah hutan. Serta jangan semakin memperumit masalah Anda dengan solusi konyol yang nantinya malah akan semakin memperburuk keadaan.   Pikirkan dengan tenang baik buruknya. Anda adalah aktor utamanya, jalan cerita bergantung pada sikap Anda.

Menyelesaikan masalah memang bukan suatu hal yang mudah, tidak akan semudah ketika Anda membalikkan telapak tangan. Maka, bersabarlah dan tetap berusaha serta yakin bahwa tidak ada masalah yang tidak memiliki solusi. 

"Jangan pernah menuntut segalanya selesai dalam waktu yang cepat dan instan karena kehidupan Anda nyata, bukan rekayasa sutradara maupun penulis komik yang antiklimaksnya bisa didapat hanya dua atau tiga lembar setelah sesi klimaks." 

Tetap berpikir positif, semakin tinggi tingkat ujian yang Anda dapatkan maka Tuhan semakin menganggap Anda mampu menyelesaikannya. Jangan sibukkan diri Anda dengan selalu mengeluh, menangis, bersedih, terpuruk, dan meratapi nasib karena kesemuanya itu tidak akan dapat menyelesaikan masalah, yang ada hanya akan membuat Anda semakin stress dan memperburuk keadaan serta membuang - buang waktu. 

Hidup ini sangat berharga, jangan sia - siakan dengan meratapinya hanya karena satu dua masalah. Tuhan menunggu Anda menjadi pemenang dalam permasalahan itu. Jangan pernah mengalah pada waktu dan keadaan. Anda adalah orang yang luar biasa oleh karena itu Tuhan memilih Anda sebagai aktor dalam sesi yang cukup rumit ini. Ingatlah, berapa tahun Anda sudah hidup, banyak pelajaran yang Anda telah terima mulai dari berjalan hingga melakukan hal yang rumit termasuk berpikir dan bersosialisasi. Semua proses dalam kehidupan Anda tidak mungkin berjalan mulus, masalah maupun kerumitan lain adalah hal yang wajar. Segera selesaikan lalu bangkit ! Naikkan level Anda sebagai manusia luar biasa dengan senantiasa belajar dari suatu permasalahan. jangan pernah ragu dalam memilih solusi karena semuanya pasti akan memberikan hikmah tersendiri. Yakin pada diri Anda, Andalah yang paling tahu mengenai kapasitas diri serta risiko dan akibat dari sikap yang akan Anda ambil. 

Jangan pernah sikapi masalah Anda dengan berdiam maupun meratap. Bersikap histeria sangat tidak dianjurkan dalam konteks ini. Hidup ini masih panjang dan terlalu berharga untuk disia - siakan. Jangan sampai 1 masalah membuat Anda semakin tampak sebagai pengecut, pecundang, maupun looser. Jikalau Anda sudah mau mati, jangan berikan kenangan buruk dan pandangan negatif di akhir hidup Anda. Bunuh diri dan sejenisnya adalah suatu metode mutakhir untuk memesan kursi di neraka. Dan jangan lupakan juga betapa nyawa sangat berarti di mata orang - orang yang menderita penyakit dan rela mengahbiskan ratusan juta hanya untuk nafas esok pagi. Jangan biarkan orang - orang terus menganggap remeh Anda. Tepis semua pandangan penuh remeh yang ditujukan pada Anda dengan sikap luar biasa, jadikan masalah Anda sebagai pelajaran berharga untuk Anda dan orang di sekeliling Anda. Buat mereka berdecak kagum karena ketegaran dan kesabaran Anda. Mereka yang meremehkan dan mengolok - olok Anda bukan berarti orang yang lebih baik dibanding Anda.

Well, keep fighting guys, Life Must Go On ! 


***

Jumat, 22 April 2011

Karena Tidak Ada Manusia Yang Sempurna

Judul di atas terkadang bisa menjadi pendamai ketika sedang bertengkar namun bisa juga menjadi alasan untuk membenarkan sikap diri sendiri yang kurang sesuai dengan seharusnya, atau masih banyak kondisi - kondisi lain.
Yah, memang benar. Semua orang juga pasti setuju, tidak ada manusia yang sempurna. Maka jangan heran dan manja jika kemudian terdapat pertengkaran kecil atau ketidaksesuaian dan ketidaknyamanan dalam keseharian kita. Terutama untuk manusia yang sudah beranjak dewasa, konflik seakan datang tanpa diundang dan dimulai.
Terkadang mungkin kita malah tidak merasa melakukan kesalahan yang dituduhkan kepada kita. Wajar, karena persepsi dan pandangan seseorang pasti berbeda. Contohnya, seseorang yang melihat anak kecil keluar dari kamar orang tuanya dengan membawa selembar uang seratus ribu. Bisa jadi Anda berpikir anak itu mencuri uang orang tuanya, namun tidak sedikit pula yang beprikir bahwa anak kecil itu mungkin sudah meminta izin terlebih dahulu, dan bisa jadi juga, anak itu sudah 'menitipkan' uang tabungannya pada orang tua lalu berniat untuk mengambilnya atau mungkin dia malah diminta orang tuanya mengambilkan uang di kamar.
Banyak sekali kemungkinan yang dapat terjadi dalam sebuah kondisi yang sama mengingat keduanya tidak sempurna, baik Anda sebagai Si pembuat kemungkinan maupun anak kecil itu sebagai objek 'tuduhan'. Anda berada di posisi manusia yang serba ingin tahu dan menduga - duga apa yang mungkin terjadi sebenarnya, namun tentu, Anda tidak boleh bertindak gegabah dan menuduh Si anak begitu saja. Ingat, Anda bukanlah Tuhan Yang Maha Tahu dan Maha Benar. Bahkan tidak jarang pemikiran Anda dipenuhi dengan prasangka negatif terhadap sesuatu.

"Tidak salah selama Anda menggunakan prasangka itu sebagai kewaspadaan, mengingat pengkhianatan, penipuan, dan manipulasi banyak terjadi akhir - akhir ini."

Yah, lagi - lagi karena ketidaksempurnaan manusia. Namun jangan jadikan itu sebagai celah untuk Anda menjadi semakin tidak sempurna. Maksud saya di sini adalah jangan sampai Anda serta merta menuduh seseorang dan menghakiminya tanpa mengetahui fakta yang sesungguhnya. 
Secara pribadi, saya bukan tipikal orang yang terlalu peduli dengan urusan orang lain, bahasa kasarnya "terserah dia mau salto di ujung monas juga asalkan dia nggak bawa nama saya di surat wasiat"

Sarkastik. Terlalu cuek. Sadis.

Terserah Anda ingin men-judge apa pada diri saya. Yang jelas ini akan lebih baik dibanding mereka yang menjadi backstabber, pengecut, pengkhianat, penipu, atau tukang gosip. Gampangnya, saya adalah tipikal orang yang malas mencampuri urusan orang lain karena saya juga tidak suka kehidupan saya diobok - obok oleh orang yang 'tidak tahu apa - apa'.
Jujur, saya tidak suka membicarakan kekurangan orang lain namun dalam beberapa kondisi dan situasi terkadang saya tidak bisa menghindarinya, alhasil saya hanya bisa manggut - manggut untuk menghargai omongan lawan bicara saya.
Sebenarnya sederhana saja, saya tidak suka menjadi tukang gosip karena saya juga tidak suka dibicarakan 'di belakang'. Apalagi berita yang kita bicarakan itu belum tentu benar adanya. Jika Anda memang seorang teman yang baik dan bukannya pengecut, sampaikan saja semua yang tidak mengenakkan itu di depan yang bersangkutan, tentunya dengan cara yang disesuaikan dengan keadaan mental serta psikologis teman Anda itu. Membicarakannya di belakang hanya akan  membuat Anda menjadi tampak semakin tolol dan bodoh. Itu menurut saya, bagaimana tidak, bahkan Anda tega menjelek - jelekkan teman Anda sendiri. Hal itu akan membuat saya malas berteman dengan Anda, cenderung menjauhi, untuk menghindari nasib menjadi korban gosip Anda selanjutnya.
Dengan penuh kesadaran, saya mengakui bahwa saya jauh dari kata 'sempurna', oleh karena itu untuk apa saya repot - repot membicarakan ketidaksempurnaan orang lain di depan yang lain? Lebih baik saya fokus dengan kekurangan saya dan berusaha memperbaikinya sambil mengingatkan baik - baik tentang kekeliruan teman saya. Saya rasa itu lebih berguna dan akan lebih memberikan suatu perubahan positif serta kondisi yang membaik, bukan malah semakin rumit.
Well,sebenarnya terserah Anda jika tetap ingin menjadi tukang gosip atau sejenisnya, tentunya dengan dua catatan penting. Yang pertama, Anda sudah sempurna dan yang kedua Anda siap dihadapkan dalam kondisi seperti yang Anda ciptakan ketika Anda menggosipkan seseorang :)

Jumat, 08 April 2011

Sebuah Penyesalan, Perlukah ?

Banyak kesalahan yang kita lakukan di dunia ini. Sebenarnya bukan salah mereka, dia, atau siapapun. Hal yang Anda dapatkan adalah efek dari apa yang Anda lakukan dan putuskan sedangkan lingkungan sebenarnya tidak perlu dipersalahkan atas apapun kejadian tidak mengenakkan yang Anda alami.

Setiap orang memiliki respon berbeda terhadap hal yang tidak sesuai dengan harapannya, beberapa akan menangis, marah, dan tidak sedikit pula yang cuek. Sedikit atau banyak, pasti terselip penyesalan di benak Anda. Tidak jarang pula beberapa orang akan mulai berandai - andai untuk memperbaiki masa lalunya.

Pembahasan kita kali ini adalah mengenai perlu tidaknya sebuah penyesalan itu ada. Anda mungkin akan bimbang menjawabnya, di satu sisi penyesalan bisa bermanfaat ketika ia akan menjadi bahan evaluasi dan pembelajaran namun di sisi lain, ada orang - orang yang kemudian malah menjadi terpuruk karena penyesalannya yang berkepanjangan dan terlalu berlarut.

Ya, semua itu bergantung pada siapa subjeknya. Seperti yang telah saya katakan di awal bahwa repon seseorang terhadap sesuatu selalu berbeda. Tidak sedikit mereka yang tampak cuek di uar namun dalam hatinya menjerit dan meraung. Siapa tahu ? Justru repon seperti inilah yang (menurut saya) lebih membahayakan karena rentan terhadap depresi mengingat ia tidak pernah mengungkapkan perasaannya, bahkan terkesan menyembunyikan dan menutup - nutupi.

Jadi sebenarnya bagaimanakah penyesalan yang baik itu ?



1. Ketika penyesalan mampu menjadi bahan evaluasi
Hal terpenting dari sebuah kegagalan, pengalaman, dan cerita adalah sebuah evaluasi di mana evaluasi tersebut terdiri atas introspeksi diri dan sikap serta pandangan mengenai strategi yang kemudian akan diperbaiki dan direncanakan untuk ke depannya agar pencapaian tujuan dapat semakin maksimal.

2. Penyesalan mampu menjadi motivasi
Suatu hal yang menyesakkan, menyedihkan, dan memilukan agaknya akan memberikan efek kenangan yang lebih lama dibanding ketika kita sedang dalam kesuksesan. Hal tersebut sebenarnya justru dapat menjadi motivasi agar kita tidak mengulangi hal yang sama seperti di masa lalu. Jadikan kegagalan Anda sebagai motivasi untuk lebih baik, jangan jadikan ia sebagai penghenti langkah jika Anda tidak mau dicap sebagai pecundang hingga Anda 'tutup buku' nantinya. Berikan hal - hal yang lebih baik, tunjukkan progresivitas hidup Anda sebagai pembuktian bahwa kehidupan Anda di dunia tidak sia - sia dan tanpa pembelajaran sedikit pun.
Tidak usah terlalu muluk, buatlah target keberhasilan dan perbaikan diri sesuai dengan kapasitas Anda dan naikkanlah sedikit demi sedikit sesuai kemampuan. Tidak masalah karena di dunia ini tidak ada hal yang tidak butuh proses, bukan ? Jangan malu untuk merangkak, toh pada akhirnya nanti Anda akan membuktikan pada dunia jika Anda bisa juga menjadi atlit lari yang sangat hebat.
Bukan tidak mungkin jika dalam rangkakan itu Anda akan dicemooh dan dihina semua orang tanpa terkecuali, namun jangan kemudian terpuruk dan drop begitu saja, tunjukkan pada mereka bahwa mereka KELIRU. Jadikan sindiran dan ledekan mereka sebagai cambuk motivasi agar Anda lebih terpacu.
Tidak ada pemenang yang tidak pernah gagal dalam proses latihan, semua hal, sekecil apapun membutuhkan sebuah proses, bahkan ketika dulu saat balita seorang penulis ternama pun akan belajar "memegang" pensil, sama seperti kita. Yang membedakan seorang pecundang dengan pemenang adalah ketika ia berhasil belajarr "lebih banyak" baik dari kesuksesan maupun kegagalan diri sendiri dan orang lain. Justru dengan demikian orang - orang yang hanya bisa menghina dan memandang kegagalan dari sisi negatifnya saja adalah pecundang. 

3. Penyesalan sebagai benteng
Kegagalan bukanlah jurang kehancuran. Tidak ada kehidupan tanpa sebuah kegagalan dan ketidaksesuaian. Tuhan yang begitu baik memberi kita kesempatan untuk 'belajar' lebih di balik hal yang kita tidak sukai. Kegagalan bukanlah suatu 'aib'. Justru jadikan kegagalan Anda sebagai benteng agar Anda tidak mengulangi kesalahan yang sama. Setelah suatu kegagalan terjadi, petik hikmah serta pembelajarannya dan jadikan itu sebagai pelindung untuk Anda agar dapat menjadi lebih baik. Mengulangi kesalahan yang sama juga bukan merupakan sebuah kebodohan keledai menurut saya, setiap kesalahan sedikit  atau banyak memiliki esensi pembelajaran yang berbeda karena saya yakin, kondisi mental-psikis-dan intelektual Anda serta keadaan lingkungan saat Anda melakukan suatu kesalahan tidaklah mungkin dalam posisi yang benar - benar sama seperti sebelumnya. Jangan pernah menyerah dan merasa sebagai keledai, jadikan kesalahan Anda terdahulu sebagai benteng pertahanan di mana setiap kesalahan yang Anda lakukan akan menjadi bata pertahanan pertama yang Anda letakkan. Yang terpenting adalah ketika Anda bersedia untuk SELALU belajar dari penyesalan atas kegagalan yanga Anda dapatkan.

Tidak ada yang salah dengan penyesalan selama kita menempatkannya dalam porsi  dan posisi yang sesuai. Bukan suatu hal yang mudah memang ketika kita 'belajar dari kesalahan'. Justru mungkin mempelajarin 'hal baru' akan lebih mudah namun yakinlah dengan proses yang kita telah komitmenkan untuk jalani dan terus perbaiki, belajar dari kesalahan akan menjadi evaluasi, motivasi, dan benteng yang luar biasa untuk kesuksesan kita nanti :)







Kamis, 07 April 2011

Pernahkah Matahari Berjanji ?

Pernahkah matahari berjanji ?
Untuk keberadaannya setiap hari...
Membagikan sinarnya yang terik, hangat, dan menyilaukan
Yang menyumbangkan nafas - nafas kehidupan hingga kepada makhluk terkecil-Nya
Pernahkah matahari berjanji ?
Bahkan ilalangpun tahu jawabnya, 
Kisah matahari yang sangat luar biasa dalam kebisuan dan kesederhanaannya

***

Aku ingin menjadi seperti matahari yang tidak banyak menjanjikan berderet kalimat memabukkan.


Terlalu banyak berjanji hanya akan membuatmu terbang tinggi di awal cerita namun kemudian terhempas dalam amarah dan kecewa jika aku melanggarnya. Bukannya aku terlalu penakut dan pecundang untuk mengikrarkan sesuatu, aku hanya ingin menjaga perasaanmu.


Aku bukanlah seorang yang selalu bisa menjadi seperti yang kamu mau, aku juga bukan malaikat yang selalu mendampingi kemanapun kamu berada, dan aku bukan Tuhan yang selalu mengerti setiap bisik keinginan dan ketidaksukaanmu. 

Aku dengan segala kekurangan dan ketidaksmepurnaan ini, tidak akan berjanji apapun atas rasa yang telah mengakar. Cukuplah kau merasakannya dalam diamku, tatapku, dan senyumku bahwa aku akan selalu berusaha membahagiakanmu. Entah seberapa jauh jengkalann yang Ia berikan untuk memisahkan kita, bahkan aku tidak peduli.


Aku mencintaimu dengan  caraku yang sederhana; menyimpan namamu dalam setiap doaku, memanjatkan pinta terbaik untuk tiap hembus nafasmu, dengan atau tanpa aku...
Ya, aku hanya ingin kebahagiaanmu. Terdengar muluk mungkin, tapi rasa ini benar - benar telah mengajariku bahwa cinta akan mengantarkanmu pada harapan membahagiakan seorang yang kau cintai, bagaimanapun caranya dan entah akan sesakit apa. Aku tidak akan menyesal karena bahagiaku adalah bahagiamu, bahkan jika itu berarti aku harus meninggalkanmu.



-dedicated for my special one :) I miss you -

IPK, Kunci Sukses Masa Depan (?)


Beberapa mungkin ada yang sampai frustasi hanya karena IPK nya 'terancam' cumlaude namun tidak sedikit pula yang masih adem ayem dengan PMDK - nya (Persatuan Mahasiswa Dua Koma). Sebuah kondisi yang tidak mengherankan ketika seseorang bahkan akan 'malu' dengan dirinya sendiri atas prestasi yang (padahal) merupaka hasil 'kerja keras'nya. Tidak sedikit pula yaang kemudian menganggap IPK adalah suatu 'rahasia perusahaan' yang harus disimpan rapat - rapat dengan kalimat, "IPK ku ? Ada deeeh..." (bahkan IPK seolah telah mampu membuat mahasiswa mulai minder dan tidak menghargai diri sendiri).

Mungkin seperti ranking kelas atau nilai di rapor, IPK dirasa beberapa orang cukup dapat mewakili tingkat kompetensi seseorang dalam suatu bidang keilmuan. Namun kenyataannya, bukannya menjadi sebuah evaluasi pembelajaran untuk ke depannya, IPK seperti telah menjadi suatu prestise tersendiri untuk seseorang atau justru sebaliknya, mahasiswa menganggap IPK sebagai sebuah aib

Hingga kemudian akan muncul pertanyaan, "Apakah IPK merupakan poin terpenting dari bangku perkuliahan ? Dan apakah IPK merupakan modal utama mencapai sukses ?"

Saya rasa tidak.

Banyak aspek yang dapat kita jadikan penilaian tersendiri atau bahkan penilaian yang (menurut saya) lebih penting dibanding rentetan nilai dengan interval nol hingga empat itu. 

Aplikasi pengetahuan
Yah, mungkin terdengar klise. Namun sebenarnya hal itulah yang kemudian akan kita lakukan di lapangan nanti, khususnya bagi mahasiswa kedokteran seperti saya. Kesuksesan dari proses pembelajaran sebenarnya tidak hanya terpaku pada 'IPK cumlaude', 'lulus blok', atau 'tidak pernah remidi', namun ketika kita dapat mendiagnosis hingga menangani pasien dengan benar baik dari segi bio, psiko, maupun sosialnya. 

Ehm... dalam hal ini saya sama sekali tidak menganggap bahwa nilai akademis formil bukanlah suatu hal yang penting, saya hanya berpendapat bahwa itu bukan 'poin utama'nya. Hemat saya, IPK sebenarnya tidak serta merta menjadi tolak ukur kemampuan seseorang dalam bekerja nantinya atau jaminan masa depan seseorang. Sebenarnya tidak sedikit seseorang dengan IPK rata - rata atau bahkan tidak sempat menduduki bangku perkuliahan namun hidupnya sukses dari segi materi. Sekali lagi, saya bukannya menganggap IPK tidak penting. Mengingat bahwa dewasa ini IPK menjadi prasyarat awal dari banyak lowongan - lowongan pekerjaan khususnya dari perusahaan swasta dan memang tidak salah jika kemudian IPK dijadikan sebagai  'salah satu' indikasi kompeten atau tidaknya seseorang. Saya katakan 'salah satu', karena nilai akademis seorang mahasiswa tidak dapat kemudian mutlak dijadikan sebagai satu - satunya parameter kompetensi. 

Intinya, menurut saya sebenarnya hal terpenting dalam suatu akademis bukanlah ketika kita berhasil mendapat nilai sempurna namun ketika kita dapat memahami konsep pembelajaran dan dapat mengaplikasikannya. Khususnya untuk profesi yang nantinya akan terjun ke lapangan, ketrampilan bersosialisasi dan aspek psikomotorik lainnya juga tidak boleh diabaikan. Jangan kemudian hanya terpaku pada lecture, jurnal, dan text book, hingga Anda menjadi sebuah 'robot' yang bekerja terlalu prosedural dan kaku. 

Kembali berbicara tentang IPK yang sering dianggap sebagai goal utama dari perkuliahan hingga kemudian status IPK sebagai bahan evaluasi berubah menjadi sebuah prestis atau aib. Mengapa harus malu dengan IPK yang di bawah rata - rata ? Jika memang itu kemampuan Anda, hargailah. Seseorang dengan kelemahan menghapal, memahami, dan mempraktikkan materi sebenarnya sama sekali tidak perlu berkecil hati. Perkuliahan ada bukan untuk menghasilkan seorang jenius dengan deretan huruf A namun untuk mendidik dan memberi kita pelajaran. Jangan pernah malu dan meng-underestimate diri sendiri. Yakinlah, kalian memiliki kemampuan lebih yang mungkin keahlian yang dapat menjadi modal plus plus untuk karir kalian nantinya. Jangan pernah sepelekan sekecil apapun keahlian Anda, kembangkan, dan jadikann itu sebagai kekuatan dan poin lebih untuk karier Anda nantinya. Suatu hari nanti saat Anda melamar pekerjaan, akan banyak seseorang dengan IPK jauh di atas Anda dan berasal dari universitas yang lebih diunggulkan, namun jika Anda memiliki keterampilan dan keunggulan lebih, Anda akan tampak 'berbeda'. Jangan pernah sepelekan kelebihan Anda, sekecil apapun itu, kembangkan dan jadikan itu menjadi hal yang luar biasa, penghantar kesuksesan masa depan ! Namun jangan kemudian mengesampingkan kekurangan dan berusaha menutupinya. Teruslah belajar dan jangan pernah malu untuk bertanya dan mencari tahu. Perluas cakrawala serta kemampuan dan jadikanlah itu sebagai kunci untuk mencapai sukses. Kekurangan, kesalahan di masa lalu, dan kegagalan bukanlah akhir dari perjuangan, justru jadikan itu semua sebagai alasan Anda untuk tetap berjuang agar mampu mencapai hasil yang lebih baik.