Kamis, 07 April 2011

IPK, Kunci Sukses Masa Depan (?)


Beberapa mungkin ada yang sampai frustasi hanya karena IPK nya 'terancam' cumlaude namun tidak sedikit pula yang masih adem ayem dengan PMDK - nya (Persatuan Mahasiswa Dua Koma). Sebuah kondisi yang tidak mengherankan ketika seseorang bahkan akan 'malu' dengan dirinya sendiri atas prestasi yang (padahal) merupaka hasil 'kerja keras'nya. Tidak sedikit pula yaang kemudian menganggap IPK adalah suatu 'rahasia perusahaan' yang harus disimpan rapat - rapat dengan kalimat, "IPK ku ? Ada deeeh..." (bahkan IPK seolah telah mampu membuat mahasiswa mulai minder dan tidak menghargai diri sendiri).

Mungkin seperti ranking kelas atau nilai di rapor, IPK dirasa beberapa orang cukup dapat mewakili tingkat kompetensi seseorang dalam suatu bidang keilmuan. Namun kenyataannya, bukannya menjadi sebuah evaluasi pembelajaran untuk ke depannya, IPK seperti telah menjadi suatu prestise tersendiri untuk seseorang atau justru sebaliknya, mahasiswa menganggap IPK sebagai sebuah aib

Hingga kemudian akan muncul pertanyaan, "Apakah IPK merupakan poin terpenting dari bangku perkuliahan ? Dan apakah IPK merupakan modal utama mencapai sukses ?"

Saya rasa tidak.

Banyak aspek yang dapat kita jadikan penilaian tersendiri atau bahkan penilaian yang (menurut saya) lebih penting dibanding rentetan nilai dengan interval nol hingga empat itu. 

Aplikasi pengetahuan
Yah, mungkin terdengar klise. Namun sebenarnya hal itulah yang kemudian akan kita lakukan di lapangan nanti, khususnya bagi mahasiswa kedokteran seperti saya. Kesuksesan dari proses pembelajaran sebenarnya tidak hanya terpaku pada 'IPK cumlaude', 'lulus blok', atau 'tidak pernah remidi', namun ketika kita dapat mendiagnosis hingga menangani pasien dengan benar baik dari segi bio, psiko, maupun sosialnya. 

Ehm... dalam hal ini saya sama sekali tidak menganggap bahwa nilai akademis formil bukanlah suatu hal yang penting, saya hanya berpendapat bahwa itu bukan 'poin utama'nya. Hemat saya, IPK sebenarnya tidak serta merta menjadi tolak ukur kemampuan seseorang dalam bekerja nantinya atau jaminan masa depan seseorang. Sebenarnya tidak sedikit seseorang dengan IPK rata - rata atau bahkan tidak sempat menduduki bangku perkuliahan namun hidupnya sukses dari segi materi. Sekali lagi, saya bukannya menganggap IPK tidak penting. Mengingat bahwa dewasa ini IPK menjadi prasyarat awal dari banyak lowongan - lowongan pekerjaan khususnya dari perusahaan swasta dan memang tidak salah jika kemudian IPK dijadikan sebagai  'salah satu' indikasi kompeten atau tidaknya seseorang. Saya katakan 'salah satu', karena nilai akademis seorang mahasiswa tidak dapat kemudian mutlak dijadikan sebagai satu - satunya parameter kompetensi. 

Intinya, menurut saya sebenarnya hal terpenting dalam suatu akademis bukanlah ketika kita berhasil mendapat nilai sempurna namun ketika kita dapat memahami konsep pembelajaran dan dapat mengaplikasikannya. Khususnya untuk profesi yang nantinya akan terjun ke lapangan, ketrampilan bersosialisasi dan aspek psikomotorik lainnya juga tidak boleh diabaikan. Jangan kemudian hanya terpaku pada lecture, jurnal, dan text book, hingga Anda menjadi sebuah 'robot' yang bekerja terlalu prosedural dan kaku. 

Kembali berbicara tentang IPK yang sering dianggap sebagai goal utama dari perkuliahan hingga kemudian status IPK sebagai bahan evaluasi berubah menjadi sebuah prestis atau aib. Mengapa harus malu dengan IPK yang di bawah rata - rata ? Jika memang itu kemampuan Anda, hargailah. Seseorang dengan kelemahan menghapal, memahami, dan mempraktikkan materi sebenarnya sama sekali tidak perlu berkecil hati. Perkuliahan ada bukan untuk menghasilkan seorang jenius dengan deretan huruf A namun untuk mendidik dan memberi kita pelajaran. Jangan pernah malu dan meng-underestimate diri sendiri. Yakinlah, kalian memiliki kemampuan lebih yang mungkin keahlian yang dapat menjadi modal plus plus untuk karir kalian nantinya. Jangan pernah sepelekan sekecil apapun keahlian Anda, kembangkan, dan jadikann itu sebagai kekuatan dan poin lebih untuk karier Anda nantinya. Suatu hari nanti saat Anda melamar pekerjaan, akan banyak seseorang dengan IPK jauh di atas Anda dan berasal dari universitas yang lebih diunggulkan, namun jika Anda memiliki keterampilan dan keunggulan lebih, Anda akan tampak 'berbeda'. Jangan pernah sepelekan kelebihan Anda, sekecil apapun itu, kembangkan dan jadikan itu menjadi hal yang luar biasa, penghantar kesuksesan masa depan ! Namun jangan kemudian mengesampingkan kekurangan dan berusaha menutupinya. Teruslah belajar dan jangan pernah malu untuk bertanya dan mencari tahu. Perluas cakrawala serta kemampuan dan jadikanlah itu sebagai kunci untuk mencapai sukses. Kekurangan, kesalahan di masa lalu, dan kegagalan bukanlah akhir dari perjuangan, justru jadikan itu semua sebagai alasan Anda untuk tetap berjuang agar mampu mencapai hasil yang lebih baik.



1 komentar: