Jumat, 22 April 2011

Karena Tidak Ada Manusia Yang Sempurna

Judul di atas terkadang bisa menjadi pendamai ketika sedang bertengkar namun bisa juga menjadi alasan untuk membenarkan sikap diri sendiri yang kurang sesuai dengan seharusnya, atau masih banyak kondisi - kondisi lain.
Yah, memang benar. Semua orang juga pasti setuju, tidak ada manusia yang sempurna. Maka jangan heran dan manja jika kemudian terdapat pertengkaran kecil atau ketidaksesuaian dan ketidaknyamanan dalam keseharian kita. Terutama untuk manusia yang sudah beranjak dewasa, konflik seakan datang tanpa diundang dan dimulai.
Terkadang mungkin kita malah tidak merasa melakukan kesalahan yang dituduhkan kepada kita. Wajar, karena persepsi dan pandangan seseorang pasti berbeda. Contohnya, seseorang yang melihat anak kecil keluar dari kamar orang tuanya dengan membawa selembar uang seratus ribu. Bisa jadi Anda berpikir anak itu mencuri uang orang tuanya, namun tidak sedikit pula yang beprikir bahwa anak kecil itu mungkin sudah meminta izin terlebih dahulu, dan bisa jadi juga, anak itu sudah 'menitipkan' uang tabungannya pada orang tua lalu berniat untuk mengambilnya atau mungkin dia malah diminta orang tuanya mengambilkan uang di kamar.
Banyak sekali kemungkinan yang dapat terjadi dalam sebuah kondisi yang sama mengingat keduanya tidak sempurna, baik Anda sebagai Si pembuat kemungkinan maupun anak kecil itu sebagai objek 'tuduhan'. Anda berada di posisi manusia yang serba ingin tahu dan menduga - duga apa yang mungkin terjadi sebenarnya, namun tentu, Anda tidak boleh bertindak gegabah dan menuduh Si anak begitu saja. Ingat, Anda bukanlah Tuhan Yang Maha Tahu dan Maha Benar. Bahkan tidak jarang pemikiran Anda dipenuhi dengan prasangka negatif terhadap sesuatu.

"Tidak salah selama Anda menggunakan prasangka itu sebagai kewaspadaan, mengingat pengkhianatan, penipuan, dan manipulasi banyak terjadi akhir - akhir ini."

Yah, lagi - lagi karena ketidaksempurnaan manusia. Namun jangan jadikan itu sebagai celah untuk Anda menjadi semakin tidak sempurna. Maksud saya di sini adalah jangan sampai Anda serta merta menuduh seseorang dan menghakiminya tanpa mengetahui fakta yang sesungguhnya. 
Secara pribadi, saya bukan tipikal orang yang terlalu peduli dengan urusan orang lain, bahasa kasarnya "terserah dia mau salto di ujung monas juga asalkan dia nggak bawa nama saya di surat wasiat"

Sarkastik. Terlalu cuek. Sadis.

Terserah Anda ingin men-judge apa pada diri saya. Yang jelas ini akan lebih baik dibanding mereka yang menjadi backstabber, pengecut, pengkhianat, penipu, atau tukang gosip. Gampangnya, saya adalah tipikal orang yang malas mencampuri urusan orang lain karena saya juga tidak suka kehidupan saya diobok - obok oleh orang yang 'tidak tahu apa - apa'.
Jujur, saya tidak suka membicarakan kekurangan orang lain namun dalam beberapa kondisi dan situasi terkadang saya tidak bisa menghindarinya, alhasil saya hanya bisa manggut - manggut untuk menghargai omongan lawan bicara saya.
Sebenarnya sederhana saja, saya tidak suka menjadi tukang gosip karena saya juga tidak suka dibicarakan 'di belakang'. Apalagi berita yang kita bicarakan itu belum tentu benar adanya. Jika Anda memang seorang teman yang baik dan bukannya pengecut, sampaikan saja semua yang tidak mengenakkan itu di depan yang bersangkutan, tentunya dengan cara yang disesuaikan dengan keadaan mental serta psikologis teman Anda itu. Membicarakannya di belakang hanya akan  membuat Anda menjadi tampak semakin tolol dan bodoh. Itu menurut saya, bagaimana tidak, bahkan Anda tega menjelek - jelekkan teman Anda sendiri. Hal itu akan membuat saya malas berteman dengan Anda, cenderung menjauhi, untuk menghindari nasib menjadi korban gosip Anda selanjutnya.
Dengan penuh kesadaran, saya mengakui bahwa saya jauh dari kata 'sempurna', oleh karena itu untuk apa saya repot - repot membicarakan ketidaksempurnaan orang lain di depan yang lain? Lebih baik saya fokus dengan kekurangan saya dan berusaha memperbaikinya sambil mengingatkan baik - baik tentang kekeliruan teman saya. Saya rasa itu lebih berguna dan akan lebih memberikan suatu perubahan positif serta kondisi yang membaik, bukan malah semakin rumit.
Well,sebenarnya terserah Anda jika tetap ingin menjadi tukang gosip atau sejenisnya, tentunya dengan dua catatan penting. Yang pertama, Anda sudah sempurna dan yang kedua Anda siap dihadapkan dalam kondisi seperti yang Anda ciptakan ketika Anda menggosipkan seseorang :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar